Monday, June 28, 2010

Musuh masih teman kita ~ Mingyur Rinpoche

仇人還是朋友~~明就仁波 切

Musuh masih teman kita ~ Mingyur Rinpoche

 
 
你最大的敵人,可能是別人最好的朋友,
Musuh terbesar kamu, bisa jadi adalah teman terbaik dari orang lain.
 
 
你最好的朋友,可能是別人最大的敵人
Teman terbaik kamu, mungkin adalah musuh terbesar orang lain.

 
有時候,我們討厭的人, 卻給了我們成長進步的機會, 甚至給了我們修行佛法的機會
Adakalanya, Orang yang kita benci justru adalah orang memberikan kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang maju, bahkan memberikan kesempatan bagi kita untuk praktik Dharma.
 
 
而我們喜愛的人, 卻可能是我們成長進步的障礙, 甚至是修行佛道的障礙
Sebaliknya orang yang kita sayangi, justru berkemungkinan menjadi hambatan dan rintangan bagi kita untuk tumbuh dan berkembang, bahkan menjadi rintangan untuk menelusuri Jalan keBuddhaan.
 
 
當我們這麼想時, 怎能不生起平等心? 冤親平等那是因為,本來就沒有, 從來就沒有, 絕對的敵人與絕對的親人。
Saat kita mampu merenung seperti ini, kenapa bisa tidak kita bangkitkan hati yang seimbang ( non dualistik)? Musuh dan Teman adalah sama, itu karena pada hakikatnya tiada yang namanya musuh yang mutlak/sejati dan teman yang mutlak/sejati.
 
 
Diterjemahkan oleh : Rohana Huang

 
Read rest of entry

Jangan Biarkan Batin ini Kering

Tenang, gembira dalam ketekunan (berlatih), Melihat bahaya dalam kelalaian,
Mereka seperti ini tidak akan pernah jatuh atau gagal, karena mereka dekat dengan Nibbana.
Itivutaka. 40



Lalai

Suatu hari saya bertanya kepada seorang umat, “Masih rajin ke vihara?” "Sudah
tidak lagi Bhante, aktivitas saya semakin hari semakin bertambah". Sebuah
jawaban yang kelihatan benar tetapi sesungguhnya untuk membenarkan dirinya
sendiri. Seolah-olah dengan kesibukan yang setumpuk itu menandakan bahwa tidak
ada waktu lagi untuk kehidupan spiritualnya.

Seringkali orang menjadi lupa membenahi batinnya karena berbagai macam alasan
dalam kehidupannya. Ada seorang yang dulunya rajin setelah berumah tangga
menjadi tidak lagi dekat dengan Dhamma. Ada juga yang karena kesibukan rumah
tangganya juga menghentikan aktivitas spiritualnya. Banyak ditemui di masyarakat
orang-orang yang akhirnya menghentikan aktivitas spiritualnya karena
alasan-alasan tertentu.

Mereka lalai dan melupakan aktivitas spiritualnya hanya karena alasan kesibukan
dan yang lainnya. Mereka tenggelam dan asik menikmati dunia barunya. Mereka
tidak menyadari bahwa mereka semakin jauh dari kehidupan yang bernuansa Dhamma.
Mereka tidak menyadari bahwa kalau mereka semakin jauh dari Dhamma mereka akan
semakin jauh dari kedamaian batin. Mereka bisa saja menikmati
kesenangan-kesenangan duniawi tetapi batinnya mengalami ketegangan. Hidupnya
menjadi tidak nyaman.


Batin yang Kering

Dampak dari jauhnya kehidupan manusia dari Dhamma adalah batin yang kering.
Batin yang kering menimbulkan dampak yang tidak baik bagi orang tersebut dan
juga orang lain, lingkungan bahkan makhluk lain. Kenapa?

Sebagai sebuah gambaran dalam kehidupan ini adalah ketika dunia ini dilanda
musim kemarau. Dampak dari musim kemarau adalah munculnya kebakaran, sulit air
dan suasana panas yang menimbulkan ketidaknyamanan. Demikian pula ketika batin
ini kering. Batin yang kering akan menimbulkan dampak yang tidak nyaman pula.

Mereka mudah marah, benci, rakus, kecewa, dan hal-hal negatif lainnya. Karena
manusia dibelenggu oleh akar kejahatan yang kuat maka manusia mudah terbakar.
Ketika dihadapkan dengan masalah mudah marah dan melakukan tindakan tercela.
Ketika tidak tercapai cita-citanya mudah kecewa dan putus asa. Tidak senang
melihat orang lain berhasil. Selalu berpikir untuk menguasai yang lain.

Ketika batin dibebani oleh pikiran-pikiran semacam itu tentu batin ini akan
mengalami ketegangan yang luar biasa. Ketegangan batin berdampak tidak nyamannya
hidup seseorang. Makan tidak enak tidur, tidak nyenyak, dan setiap langkah
kehidupannya terasa berat berat.


Lihatlah Dirimu

Jangan hanya menjadi penonton kehidupan ini tetapi jadilah pelaku dalam
kehidupan ini. Ketika kita hanya menjadi penonton maka kita hanya bisa
mengomentari orang lain atau apa yang kita lihat. Melihat kesalahan dan
kekuarangan orang lain lebih mudah dibandingkan melihak kesalahan dan kekurangan
dirinya sendiri. Kalau seseorang hanya pandai mengomentari orang lain maka orang
tersebut tidak akan mendapat kemajuan dalam batinnya.

Seharusnya kita menjadi pelaku. Jangan hanya melihat orang lain tetapi lihatlah
dirimu sendiri. Lihatlah bahwa batinmu semakin hari semakin kering. Jangan
menunggu kebakaran hebat akan menghanguskan kehidupanmu. Dengan melihat ke dalam
diri seseorang dapat melihat apa yang terjadi dalam dirinya.

Ketika berhasil melihat ke dalam dan berusaha untuk mendianogsa ternyata
batinnya penuh dengan luka dan jika tidak segera disembuhkan luka itu akan
semakin parah. Lakukan sesuatu untuk kehidupanmu dan jangan biarkan hari-harimu
dihinggapi pikiran-pikiran buruk. Jangan semakin jauh dari Dhamma tetapi
berusahalah semakin dekat dengan Dhamma. Jangan biarkan batin ini kering karena
kehidupanmu semakin jauh dari Dhamma. Hidup sesuai Dhamma akan memberi dampak
yang luar biasa untuk hidup saudara.

Sembuhkan luka, keluarkan racun dan singkirkan penyakit yang ada dalam batin
ini. Bagimana caranya? Gunakan setiap peluang yang dapat membuat batinmu tenang
dan bahagia. Sebenarnya banyak peluang dalam kehidupan ini hanya saja kita tidak
mau menggunakan peluang itu. Ketika ada peluang untuk berbuat baik lakukan
perbuatan baik itu. Kalau ada peluang untuk menata perilaku jalankan agar
moralitasnya semakin baik. Jika ada peluang untuk membersihkan luka pada batin
ini jangan disia-siakan dan bersihkan segera. Kemauan harus dikuatkan agar tidak
berhenti untuk melihat diri sendiri dan berusaha untuk membuat batin ini menjadi
lebih baik dan segar setiap saat.


Dhamma Ibarat Air yang Menyejukkan

Saudara tidak mau gagal dalam spiritual? Kalau tidak mau gagal harus tekun
menyiram batin ini dengan Dhamma. Dhamma dapat menyejukan batin sehingga dapat
terlepas dari ketegangan mental. Dhamma akan membuat batin ini menjadi nyaman
kalau Dhamma ini dipraktekkan dalam keseharian kita.

Setiap perjuangan akan dihadapkan dengan tantangan demikian pula usaha kita
untuk mengolah batin ini agar tidak kering juga akan berhadapan dengan
tantangan. Rasa lelah, letih, dan bosan ketika berlatih adalah hal yang dapat
menghambat perjuangan ini. Namun kalau kita kembali pada tujuan utama, hambatan
itu dapat terlampaui. Bukankah kita tidak mau batin ini kering? Yang diharapkan
oleh semua orang adalah batin yang sejuk sehingga kehidupannya nyaman.

Kalau kita menginginkan semua itu terwujud maka kita berusaha untuk
terus-menerus berjuang. Kuatkan tekad, berusahalah untuk tekun dan sabar karena
kita tidak akan menjadi orang yang gagal. Kemauan, semangat, ketekunan, dan
kesebaran adalah faktor penting dalam latihan. Dhamma akan menyejukan batin
setiap orang jika orang tersebut mau berjuang. Batin yang tidak kering dan
selalu sejuk setiap saat akan membuat orang berperiliku sesuai dengan Dhamma.
Orang tersebut tidak akan mudah marah, tidak rakus, tidak mudah kecewa, dan
putus asa. Pendek kata pikiran-pikiran buruknya akan berkurang seiring dengan
ketekunannya berlatih. Jangan biarkan batin ini kering oleh karena itu sejukan
batin ini dengan selalu tekun dalam mempraktekan Dhamma

Ditulis Oleh: Bhikkhu Abhayanando
®
Read rest of entry

Wednesday, June 16, 2010

Tak Akan Lari dari Karma

Kisah ini menceritakan seorg tukang kayu yg hidup bersama istrinya di sebuah rumah sederhana di pinggiran hutan. Meskipun sudah lama menikah, namun mereka belum dikaruniai anak. Si tukang kayu adalah org yg rutin bermeditasi. Krn diasah setiap hari, konsentrasinya menjadi sangat kuat dan lama kelamaan indra pendengarannya pun semakin tajam. Kadang2 dia bisa mendengar suara2 makhluk halus disekitarnya.

Suatu hari, seperti biasa si tkg kayu pergi ke gudang mengambil kapak dan setelah itu dia pergi ke hutan mencari kayu bakar. Ketika sedang membelah kayu, tiba-tiba dia mendengar suara 2 anak kecil sedang bercakap cakap.

"Hei, kamu mau kemana?"
"Saya mau ke rumah itu, saya mau menagih karma."
"Oh, saya jg mau kesana, kalo saya sih mau bayar karma."

Si tkg kayu hanya diam sambil melanjutkan pekerjaaannya seolah dia tidak mendengar apa2. Kemudian dia mengumpulkan kayu bakar yg sdh dibelah, mengikatnya menjadi satu dan mengusungnya ke rumah .

Setibanya di rumah, betapa kagetnya dia ketika mendapati seorg tabib tengah memeriksa istrinya. Ternyata istrinya sedang hamil anak kembar. Si tkg kayu berpikir "Ah... pastilah dua anak kecil tadi yg masuk ke rahim istriku."

Tahun berganti tahun, si kembar pun mulai tumbuh. Sejak kecil, sudah tampak perbedaan yg mencolok diantara keduanya. Yg sulung malas dan nakal, yg bungsu rajin dan penurut. Seiring pertumbuhannya, si sulung terus menerus membuat masalah dan keributan bagi keluarganya. Banyak perbuatannya yg membuat si tkg kayu terpaksa harus menanggung malu. Tukang kayu pun berpikir "Pasti ini anak yg datang utk menagih karma, makanya dia sering membuat aku susah dan malu. Baiklah, aku tidak mau anak ini terus
menerus menagih karmanya sampai aku tua. Akan aku usir dia dari rumah."

Akhirnya si sulung pun diusir dari rumah. Sekarang hanya tinggal si bungsu yg rajin dan penurut. Tidak ada lagi yg membuat keributan. Si tkg kayu dapat hidup dengan tentram dan damai, mencurahkan seluruh harapan dan kasih sayangnya kepada si bungsu.

Tahun berlanjut, rasa sayang kepada si bungsu semakin dalam, harapan pun semakin besar. Namun tiba tiba si bungsu jatuh sakit. Tkg kayu menghabiskan tabungannya utk membayar tabib-tabib terbaik, membeli obat-obat terbaik, namun si bungsu belum sembuh juga. Karena tabungannya sudah habis, tkg kayu pun menjual sawah serta ternak peliharaannya utk menambah biaya pengobatan. Tapi, penyakit anaknya ternyata sangat langka, belum pernah ada orang yg terserang penyakit seperti itu, para tabib mulai kebingungan dan akhirnya menyerah.

Tukang kayu tidak kehabisan akal. Dia menjual rumah serta seluruh harta bendanya dan pergi keluar kota utk mencari tabib lain. Demi kesembuhan anak kesayangannya, apapun akan dia lakukan. Tapi sampai di luar kota, dia memperoleh jawaban yg sama. Penyakit anaknya sangat langka. Belum ada obat utk penyakit itu. Tak lama kemudian, di tengah kemelaratan dan keputus-asaan si tukang kayu, anaknya meninggal.

Tak terlukiskan lagi kepedihan dan kekecewaan yg dirasakan si tukang kayu...  Ternyata, inilah anak yg datang utk menagih karma ...

Tkg kayu sadar dia tidak bisa lari dari karmanya sendiri. Dulu dia berpikir, si sulung lah yg datang utk menagih karma karena kenyataannya anak itu seringkali membuat masalah. Tukang kayu teringat kembali pada anak sulung yg telah diusirnya. Dia merasa sangat menyesal.

Sementara si sulung, setelah diusir dia pergi keluar kota, mencari pekerjaan utk menghidupi dirinya. Dia bekerja dgn sangat rajin, sehingga dlm waktu singkat dia menjadi karyawan kepercayaan dan kesayangan majikannya. Setelah tabungannya cukup, dia berhenti dari pekerjaannya dan pulang ke kampung halaman utk mencari orang tuanya. Meskipun telah diusir, tapi dia tidak mempunyai rasa dendam di hati. Karena dia adalah anak yg
datang utk membayar karmanya.


Si sulung akhirnya tiba di kampung halamannya. Dengan tabungan yg dia kumpulkan, dia membelikan rumah baru utk keluarganya. Merekapun hidup dgn damai.

Karma selalu ada disana, seperti buah yg tergantung pada cabang pohon. Menunggu kematangannya pada waktu yg tepat, pada kondisi yg tepat. Dan saat buah itu matang, ia akan jatuh menghantam tanah dibawahnya. Sekeras apa buah itu menghantam tanah, tergantung berat dari buah itu sendiri. Seberat apa karma yg berbuah, sesakit apa derita yg hrs kita rasakan, tergantung dari berat karma yg telah kita lakukan. Tidak lebih, tidak kurang.

Lalu apa yg harus kita lakukan? Apakah tidak ada cara utk menghapus karma? Kita tidak bisa menghapus karma, tapi bisa membuatnya menjadi lebih ringan. Perbanyaklah berbuat kebajikan. Sekecil apapun kebajikan itu, jika dilakukan dgn hati tulus, akan lebih besar karmanya. Seperti halnya segelas air garam yg sangat asin, jika ditambah dgn air tawar, sampai gelas itu tak mampu lagi menampung dan air mulai berceceran keluar, lama kelamaan air yg asin akan mengalir keluar dan yg tersisa di gelas hanyalah
air tawar saja.

Seperti itulah seharusnya yg kita lakukan dalam kehidupan kali ini. Entah sudah berapa karma buruk yg telah kita lakukan. Dan skrg, di kehidupan ini, di saat kita berkesempatan bertemu dengan Dhamma, seharusnya kita banyak berbuat kebajikan utk mengurangi karma-karma buruk kita.

Dan ingatlah, jika ada karma buruk yg terjadi pada Anda, janganlah membalasnya, krn disaat Anda berbuat, disitu karma baru diciptakan. Relakan saja, dan berpikirlah positif  "Ah, karma burukku berkurang satu."

Mungkin kedengarannya sangat susah utk dijalankan. Seberapa banyak dari kita yg bisa tetap baik dan bersahabat dgn org yg telah mencuri, menipu, memfitnah kita?

Tapi pernahkan Anda mencoba utk tetap bertahan tdk membalas, mencoba utk berdamai dengan perasaan kecewa dan marah?

Cobalah sekali saja, tutup rapat-rapat mulut Anda disaat hendak marah, Anda akan tau, mengalahkan diri sendiri jauh lebih susah daripada mengalahkan sepuluh orang.

Dan disaat Anda sedang menutup rapat mulut Anda, menahan amarah Anda, disitulah Anda bertemu dengan Dhamma yg mengatakan
" Musuh terutama bagi manusia, adalah dirinya sendiri."
Read rest of entry